DI SUSUN OLEH
NAMA
|
:
|
ZAINAL ABIDIN
|
NIM
|
:
|
12091206651
|
PRODI
|
:
|
PAI
|
SEMESTER
|
:
|
|
LOKAL
|
:
|
C
|
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM(STAI)AULIAURRASYIDIN
TEMBILAHAN.
KATA
PENGANTAR
Terlebih
dahulu saya mengucapkan Allhamdulillah atas kehadiran Allah SWT, karena tuntun, taufik dan hidayah-Nyalah saya
mampu menyelesaikan sebuah makalah ini dengan baik, sebagai tugas mata kuliah psikologi agama Dalam penulisan makalah ini saya rasa masih
ada kekurangan, maka dari itu jika ada terdapat kesalahan atau kekurangan dalam
penulian maupun dalam
bentuk perbuatan yang tidak sengaja, mohon dimaafkan dan dimaklumi. Karena tak
ada manusia yang
tak luput dari kesalahan.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah mendukung pembuatan makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini
dapat membantu dan menjadi penunjang untuk pembuatan makalah beikutnya. Kami
juga berharap makalah ini menjadi contoh
untuk makalah lainnya.
i
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI ...............................................................................................................ii
A Bab
1 pendahuluan
1. latar
belakang....................................................................................1
2. rumusan
masalah...............................................................................2
3. tujuan
makalah..................................................................................2
B BAB 11 PEMBAHASAN
1. agama dan
kesehatan mental……….........................................3
2. manusia dan
agama...................................................................4
3. agama dan
pengaruhnya terhadap kesehatan mental....................5
4. terapi
keagama`an.....................................................................6
5. musibah.....................................................................................8
6. kematian...................................................................................10
C.BAB 111
PENUTUP
1. kesimpulan.....................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Pada zaman dahulu ketika tekhnologi belum dikenal oleh
masyarakat umum secara luas setiap penyakit yang diderita oleh manusia sering
sekali dikait-kaitkan dengan hal-hal yang berbau spiritual dan alam gaib,
setiap penyakit dihubung-hubungkan dengan gangguan makhluk halus, oleh karena
itu orang yang sakit lebih memilih berobat kedukun atau orang pintar yang
dianggap bisa berkomunikasi langsung dengan makhluk halus ketimbang berobat ke
tabib yang mengerti tentang jenis penyakit berdasarkan ilmu perobatan.
Pergeseran zaman dan kemajuan
tekhnologi tidak dapat terelakkan lagi, saat ini penyakit sudah dapat dilihat
dan diobati dengan obat-obatan yang bagus dengan menggunakan metode pengolahan
canggih, perkembangan ilmu pengetahuan dapat lebih menspesifikkan
penyakit-penyakit tersebut. Ada penyakit yang bersumber dari virus, bakteri
atau baksil-baksil sehingga untuk mengobatinya membutuhkan obat-obatan medis,
tetapi ada juga penyakit yang bersumber dari jiwa atau hati suatu individu,
jadi secara fisik individu tersebut tidak terkena virus, bakteri atau
baksil-baksil, namun pada kenyataannya individu tersebut sakit.
Penyakit
tersebutlah yang dinamakan dengan penyakit hati atau penyakit mental, untuk
mengatasi penyakit tersebut diperlukan menejemen hati atau mental yang baik
sehingga dapat membentuk kesehatan mental yang berimbas pada kesehatan secara
fisik individu tersebut.
1.1 Latar Belakang Masalah
Hubungan manusia dengan agama
tampaknya merupakan hubungan yang bersifat kodrati. Agama itu sendiri menyatu
dalam fitrah penciptaan manusia. Terwujud dalam bentuk ketundukan, kerinduan
ibadah, serta sifat-sifat luhur. Agama pun sudah dinilai sebagai
bagian dari kehidupan pribadi manusia yang erat kaitannya dengan gejala-gejala
psikologi.
Agama tampaknya memang tak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia. Pengingkaran manusia terhadap agama agaknya
dikarenakan faktor-faktor tertentu baik yang disebabkan oleh kepribadian maupun
lingkungan masing-masing. Namun, untuk menutupi atau meniadakan sama sekali
dorongan dan rasa keagamaan tampaknya sulit dilakukan. Manusia ternyata
mempunyai unsur batin yang mendorongnya untuk tunduk kepada Dzat yang gaib.
Manusia,
dalam hal ini kesehatannya memiliki hubungan dengan keagamaan, terutama
berkaitan dengan kesehatan mental. Kesehatan mental (mental hygiene)
adalah ilmu yang meliputi sistem tentang prinsip-prinsip, peraturan-peraturan
serta prosedur-prosedur untuk mempertinggi kesehatan ruhani. Kecenderungan
hubungan agama dan kesehatan mental telah banyak ditelusuri dari zaman kuno
yang masih menganggap suatu penyak[t sebagai intervensi makhluk gaib, hingga
zaman modern yang menggunakan alat medis dalam mendiagnosa adanya suatu
penyakit. Penyakit dan kesehatan secara fisik dapat mempengaruhi gangguan
mental dan kesehatan mental. Begitu pula adanya indikasi pengaruh antara agama
dan kesehatan mental yang bisa menjadi topik yang menunjang kemampuan manusia
dalam menjalani kehidupannya.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah
ini, diantaranya:
1. Apa pengertian agama?
2. Apa pengertian kesehatan
mental?
3. Apa saja aliran dari
kesehatan mental?
4. Apa saja orientasi dan
indikator dari kesehatan mental?
5. Apa pengertian keabnormalan
mental?
6. Bagaimana pengaruh agama
terhadap kesehatan mental?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini,
diantaranya:
1. Mengetahui pengertian agama
2. Mengetahui pengertian
kesehatan mental
3. Mengetahui beberapa aliran
dari kesehatan mental
4. Mengetahui orientasi dan
indikator dari kesehatan mental
5. Mengetahui keabnormalan
mental
6. Memahami pengaruh agama
terhadap kesehatan mental
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Agama dan Kesehatan
Mental
Pengertian agama menurut J.H. Leuba,
agama adalah cara bertingkah laku, sebagai systemkepercayaan atau sebagai emosi
yang bercorak khusus. Sedangkan definisi agama menurutThouless adalah hubungan praktis
yang dirasakan dengan apa yang dia percayai sebagaimahluk
atausebagai wujud yang lebih tinggi dari manusia.
Secara etimologi mental berasal dari bahasa latin yaitu mens
atau mentis artinya roh, jiwa, atau nyawa. Dalam bahasa yunani kesehatan
terkandung dalam kata hygiene yang berarti ilmu kesehatan. Maka
kesehatan mental merupakan bagian dari ilmu jiwa. Ada yang berpendapat bahwa
kesehatan mental adalah terhindar dari gangguan dan penyakit kejiwaan.
Kesehatan mental adalah terhindarnya
seseorang dari keluhan dan gangguan mental baikberupa neurosis maupun psikosis (penyesuaian diri terhadap
lingkungan sosial). Kesehatanmental adalah
terhindarnya seseorang dari gangguan dan penyakit jiwa. Mental yang sehat tidak
akan mudah terganggu oleh Stressor (Penyebab terjadinya stres)orang yang
memiliki mental sehat berarti mampu menahan diri dari tekanan-tekanan
yangdatang dari dirinya sendiri dan lingkungannya.
Dr. Kartini Kartrono mengatakan bahwa orang yang sehat
mentalnya memiliki sifat-sifat khusus, antara lain mempunyai kemampuan untuk bertindak
secara efesien, memiliki hidup yang jelas, memiliki konsep hidup yang sehat,
dan memiliki batin yang selalu tenang.
Berikiut adalah beberapa definisi kesehatan mental,;
a.
Kesehatan mental adalah terhindarnya
seseorang dari gejala jiwa dan gejala penyakit jiwa.
b. Kesehatan mental adalah adanya
kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menyesuaikan diri dengan dirinya
sendiri, orang lain, masyarakat dan lingkungan.
Orang yang sehat mentalnya memiliki
hidup yang normal. Tindakan yang mereka lakukan dapat diterima oleh masyarakat.
Selain itu dalam karakter hidupnya terdapat kesesuaian dengan norma dan pola
hidup masyarakat.
B. Manusia dan Agama
Psikologi
modern tampaknya memberi porsi yang khusus bagi perilaku keagamaan, walaupun
pendekatan psikologis yang digunakan terbatas pada pengalaman empiris.
Psikologi agama merupakan salah satu bukti adanya perhatian khusus para ahli
psikologi terhadap peran agama dalam kehidupan kejiwaan manusia.
Pendapat
yang paling ekstrem pun hal itu masih menunjukkan betapa agama sudah dinilai
sebagai bagian dari kehidupan pribadi manusia yang erat kaitannya dengan
gejala-gejala psikologi. Agama menurut Freud tampak dalam perilaku manusia
sebagai simbolisasi dari kebencian terhadap Ayah yang direfleksi dalam bentuk
tasa takut kepada Tuhan. Secara psikologis, agama adalah ilusi manusia. Manusia
lari kepada agama karena rasa ketidakberdayaannya menghadapi bencana.
Dengan demikian, segala bentuk perilaku keagamaan merupakan ciptaan manusia
yang timbul dari dorongan agar dirinya terhindar dari bahaya dan dapat
memberikan rasa aman.
Agama
tampaknya memang tampak tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
Pengingkaran manusia terhadap agama agaknya dikarenakan factor-faktor tertentu
baik yang disebabkan oleh kepribadian maupun lingkungan masing-masing. Manusia
ternyata memiliki unsur batin yang cenderung mendorongnya untuk tunduk kepada
Zat yang gaib.
Agama
sebagai fitrah manusia telah di sebutkan oleh al-Qur’an dalam qisa
surat 30 ayat 30 yang artinya:
maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); tetaplah atas fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan
pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahuinya.
(QS 30:30).
Dalam
al-Qur’an dan Terjemahnya (Departemen Agama) dijelaskan bahwa fitrah Allah.
Maksudnya ciptaan Allah. Manusia dicipatakan Allah mempunyai naluri beragama
yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka hal itu
wajar. Mereka tidak beragama tauhid itu hanya lantaran pengaruh lingkungan.
C. Agama dan Pengaruhnya
terhadap Kesehatan Mental
Kesehatan
mental (mental bygiene) adalah ilmu yang meliputi system tentang
prinsip-prinsip, peraturan-peraturan serta prosedur-prosedur untuk mempertinggi
kesehatan ruhani.Dalam ilmu kedokteran dikenal istilah psikosomatik
(kejiwabadanan). Dimaksudkan dengan istilah tersebut adalah untuk menjelaskan
bahwa terdapat hubungan yang erat antara jiwa dan badan. istilah “makan hati
berulam jantung” merupakan cerminan tentang adanya hubungan antara jiwa dan
badan sebagai hubungan timbal balik, jiwa sehat badan segar dan badan sehat
jiwa normal.
Beberapa temuan dibidang kedokteran
dijumpai sejumlah kasus yang membuktikan adanyahubungan jiwa (psyche) dan badan
(soma). Orang yang merasa takut, langsung kehilangannafsu makan, atau
buang-buang air. Atau dalam keadaan kesal dan jengkel, perutseseorang terasa
menjadi kembung. Dibidang kedokteran dikenal beberapa macampengobatan antaralain dengan
menggunakan bahan-bahan kimia tablet, cairan suntik atauobat minum), electro-therapia (sorot sinar, getaran, arus listrik),
chitro practic (pijat), danlainnya. Selain itu juga dikenal pengobatan
tradisional seperti tusuk jarum (accupunctuur),mandi uap, hingga ke cara
pengobatan perdukunan. Sejak berkembang psikoanalisis yang diperkenalkan oleh
Dr. Breuer dan S. Freud, orangmulai mengenal pengobatan dan hipotheria, yaitu
pengobatan dengan cara hipnotis. Dankemudian dikenal pula adanya istilah
psikoterapi atau autotherapia (penyembuhan dirisendiri) yang dilakukan tanpa
menggunakan bantuan obat-obatan biasa. Sesuai denganistilahnya, maka
psikoterapi dan autotherapia digunakan untuk menyembuhkan pasien yangmenderita
penyakit ganguan ruhani (jiwa). Usaha yang dilakukan untuk mengobati pasienyang
menderita penyakit seperti itu, dalam kasus-kasus tertentu biasanya
dihubungkandengan aspek keyakinan masing-masing.
Hubungan antara kejiwaan dan agama dalam kaitannya
dengan hubungan antara agama sebagai keyakinan dan kesehatan jiwa, terletak
pada sikap penyerahan diri seorang terhadap suatu kekuasaan Yang Maha
Tinggi. Sikap pasrah serupa itu akan memberikan sikap optimis pada seseorang
sehingga akan muncul perasaan positip seperti bahagia, rasa senang, puas,
merasa sukses, merasa dicintai atau rasa aman.
Agaknya cukup logis kalau setiap ajaran agama mewajibkan
penganutnya untuk melaksanakan ajarannya secara rutin. Bentuk dan pelaksanaan
ibadah agama, paling tidak akan ikut berpengaruh dalam menanamkan keluruhan
budi yang pada puncaknya akan menimbulkan rasa sukses sebagai pengabdi Tuhan
yang setia. Tindak ibadah setidak-tidaknya akan memberi rasa bahwa hidup
menjadi lebih bermakna. Dan manusia sebagai makhluk yang memiliki kesatuan
jasmani dan rohani secara tak terpisahkan memerlukan perlakuan yang dapat
memuaskan keduanya.
Selanjutnya,
logoterapi menunjukkan tiga bidang kegiatan yang secara potensial memberi
peluang kepada seseorang untuk menemukan makna hidup bagi dirinya sendiri.
ketiga itu adalah:
1. Kegiatan berkarya, bekerja, dan
mencipta, serta melaksanakan dengan sebaik-baiknya tugas dan kewajiban
masing-masing.
2. Keyakinan dan penghayatan atas
nilai-nilai tertentu (kebenaran, keindahan, kebaikan, keimanan,n dan lainnya),
dan
3. Sikap tepat yang diambil dalam
keadaan dan penderitaan yang tidak terelakkan.
Dalam
menghadapi sikap yang tak terhidarkan lagi pada kondisi yang ketiga, menurut
logoterapi, maka ibadah merupakan salah-satu cara yang dapat digunakan untuk
membuka pandangan seseorang akan nilai-nilai potensial dan makna hidup yang
terdapat dalam diri dan sekitarnya.
C.Terapi Keagamaan
Orang
yang tidak merasa tenang, aman serta tenteram dalam hatinya adalah orang yang
sakit ruhani atau mentalnya, tulis H. Carl Witherington. Para ahli psikiatri
mengakui bahwa setiap manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan dasar tertentu yang
diperlakukan untuk melangsungkan proses kehidupan secara lancar. Kebutuhan
dapat berupa kebutuhan jasmani dan berupa kebutuhan ruhani maupun kebutuhan
social. Bila kebutuhan tidak terpenuhi, maka manusia akan berusaha untuk
menyesuaikan diri dengan kenyataan yang dihadapinya. Kemampuan untuk
menyesuaikan diri ini akan mengembalikan ke kondisi semula, hingga proses
kehidupan berjalan lancar seperti apa adanya. Dalam kondisi seperti itu akan
pertentangan (konflik) dalam batin. Pertentangan ini akan menimbulkan
ketidakseimbangan dalam kehidupan ruhani, yang dalam kesehatan mental disebut
kekusutan ruhani. kekusutan ruhani seperti ini disebut kekusutan fungsional.
1. Pengertian Terapi
ialah
usaha penaggulangan suatu penyakit atau gejalah yang ada dalam diri makhluk
hidup.
2. Bentuk-Bentuk Terapi
terapi
bermacam bentuk ada yang secara lisan yaitu dengan diberi norma-norma agama,
ada pula berbentuk seperti pijat, dan operasi.Penyelesaian dengan memilih
penyesuaian diri dengan norma-norma moral yang luhur seperti bekerja dengan
jujur, resignasi, sublimasi, kompensasi. dalam konteks ini terlihat hubungan
agama sebagai terapi kekusutan mental. Sebab, nilai-nilai luhur termuat dalam
ajaran agama bagaimanapun dapat digunakan untuk penyesuaian dan pengendalian
diri, hingga terhindar dari konflik batin.
Pendekatan
terapi keagamaan ini dapat dirujuk dari informasi al-Qur’an sendiri sebagai
kitab suci. Diantara konsep terapi gangguan mental ini adalah pernyataan Allah:
dalam surat Yunus.artinya:
Wahai
manusia, sesungguhnya sudah datang dari Tuhanmu al-Qur’an yang mengandung
pengajaran, penawar bagi penyakit batin (jiwa), tuntunan serta rahmat bagi
orang-orang yang beriman.
(QS Yunus: 57).
Kesehatan
mental adalah suatu kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan tenang,
aman, dan tenteram. Upaya untuk menemukan ketenangan batin dapat dilakukan
antara lain melalui penyesuaian diri secara resignasi (penyerahan diri
sepenuhnya kepada Tuhan). Dalam al-Qur’an petunjuk mengenai penyerahan diri
cukup banyak.
G. Musibah
Musibah merupakan pengalaman yang
dirasakan tidak menyenangkan karena dianggap merugikan oleh korban yang terkena
musibah. Berdasarkan asal katanya, musibah berarti lemparan yang kamudian
digunakan dalam makna bahaya, celaka, atau bencana dan bala. menurut Al-Qurtubi,
musibah adalah apa saja yang menyakiti dan menimpa pada diri seorang, atau
sesuatu yang berbahaya dan menyusahkan manusia, betapapun kacilnya. Musibah
dapat menimbulkan penderitaan maupun kesengsaraan bagi korbannya. Terkadang
berlangsung dalam waktu yang panjang, atau bahkan seumur hidup. Oleh karena
itu, setiap orang berusaha untuk menghindar diri dari kemungkinan tertimpa
musibah.
1. Sebab terjadinya Musibah
Penyebab terjadinya musibah
bermacam-macam. ada yang disebabkan oleh perbuatan manusia secara langsung,
ataupun penglolaan alam yang keliru, serta yang murni disebabkan oleh alam.
2. Macam-Macam Musibah
Dari pendekatan agama, musibah dapat
dibagi menjadi dua macam.
a. musibah yang
terjadi sebagai akibat dari ulah tangan manusia. Karena kesalahan yang
dilakukannya, manusia harus menanggung akibat buruk dari perbuatannya sendiri.
Musibah ini dikenal sebagai hukum karma, yakni sebagai “pembalasan”.
b. musibah
sebagai ujian dari Tuhan. Musibah ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan
perbuatan keliru manusia. Betapapun baik dan bermanfaatnya aktivitas yang
dilakukan manusia, serta taatnya mereka menjalankan perintah Tuhan, musibah
yang seperti ini bakal mereka alami juga. Oleh karena itu, musibah ini sering
dihubung-hubungkan dengan takdir (ketentuan Tuhan).
Erich Fromm, mencoba menganalisis melalui pendekatan
psikologi. Menurutnya derita yang dialami korban musibah disebabkan adanya rasa
kedekatan. Seseorang yang merasa dekat dengan sesuatu, akan merasa kehilangan
bila berpisah dengan sesuatu atau orang yang ia merasa dekat dengannya. rasa
kedekatan yang mendalam, berubah menjadi rasa cinta. Kesedihan dan derita yang
dirasakan seseorang, sebanding dengan tingkat kecintaannya kepada sesuatu.
Semakin tinggi dan mendalam rasa cintanya, maka akan semakin berat derita yang
dialami, bila seseorang kahilangan yang ia cintai itu. Sebaliknya, dalam
pendekatan keagamaan, kesedihan yang ditimbulkan oleh musibah terkait dengan
rasa memiliki.
Menurut pendekatan psikologi agama,
sebenarnya derita yang dialami oleh korban musibah terkait dengan tingkat
keberagamaan. Bagi mereka yang memiliki keyakinan yang mendalam terhadap
nilai-nilai ajaran agama, bagaimanapun akan lebih mudah dan cepat menguasai
gejolak batinnya. Agama menjadi pilihan dan rujukan untuk mengatasi konflik
yang terjadi pada dirinya. Di kala musibah manimbulkan rasa kehilangan dari apa
yang dimilikinya selama ini, hatinya akan dibimbing oleh nilai-nilai yang
terkandung dalam ajaran agamanya. Manusia pada dasarnya memang bukan pemilik
mutlak. Apa saja yang ia miliki, termasuk tubuh dan nyawa, hakikatnya adalah
kepunyaan Allah. Sebagai pemilik mutlak, Tuhan menganugrahkan kepada manusia
nikmat-Nya berupa kehidupan ataupun kekayaan. Statusnya hanya sebagai titipan
amanah. Dalam menjalani kehidupannya manusia senantiasa berada dalam sebuah
arena ujian yang sarat dengan berbagai cobaan.
Salah satu fungsi agama dalam
kehidupan manusia, menurut Elizabeth K. Nottingham, adalah sebagai penyelamat.
Dalam kondisi ketidakberdayaan, secara psikologis nilai-nilai ajaran agama
dapat membantu meneteramkan goncangan batin. Dengan kembali kepada tuntunan
agama, korban berusaha menyadarkan dirinya, bahwa musibah merupakan resiko yang
harus dihadapi dalam menjalani kehidupan lebih dari itu ia menjadi sadar bahwa
ia bukan pemilik mutlak dari segala yang menjadi miliknya. Keluarga, kerabat,
bahkan dirinya adalah milik sang pencipta. Semua miliknya hanyalah titipan yang
sewaktu-waktu akan diambil oleh sang pemilik mutlak.
Dalam menghadapi musibah,
orang-orang memiliki keyakinan agama terlihat lebih tabah. Mereka lebih mudah
menetralisasi kegoncangan dan konflik yang terjadi dalam batinnya. Keyakinan
dan kepercayaan kepada Tuhan dijadikan sebagai pilihan tempat berlindung atau
penyalur derita yang dirasakan. dalam keadaan yang demikian, Tuhan dianggap sebagai
satu-satunya “penolong” atau “juru selamat” yang mampu meredam penderitaan yang
mereka alami.
Sebaliknya orang-orang yang memiliki tingkat keyakinan
agama yang kurang, ataupun tidak memiliki keyakinan agama sama sekali, terkesan
sulit menetralisasi kegoncangan jiwanya. Sulit menemukan jalan keluar, mudah
gelap mata, dan akhirnya mengambil jalan pintas. Tak jarang korban yang merasa
begitu terhempit oleh derita itu mangakhiri hidupnya dengan bunuh diri.
Kemampuan menahan derita dalam menghadapi masalah musibah, tampaknya tidak ada
hubungan dengan latar belakang pendidikan.
E. kematian
Kematian
adalah sebuah keniscaya`an. Tidak perlu di minta. Diaakan datang sendiri .
tidak perlu mrndaftar atau mencalonkan diri. Data setiap mahluk hidup sudah
tercatat . nama, tempat dan tanggal lahir ,jenis kelamin, bangsa, agama maupun
latar belakang, aktifitas selama hidup . termasuk hal-hal yang kecil maupun
niat maasih yang tersembunyi dalam hati . semua sudah terdata dan lengkap.
Lebih akurat dari pada badan pusat
statistik.
1.
kematian dalam agama
Setiapagama mengajarkan tentang adanya hari
kebangkitan. Alam baru dalam kehidupan lain yang akan di alami manusia mati. Di percayai bahwa pada
saat itu manusia akan di hidupkan kembali guna diminta pertanggung jawabanya. Perbuatan
baik akan memperoleh ganjaran kenikmatan
hidup surgawi. Sebaliknya, perbuatan
buruk akan di ganjar dengan hukuman
berupa siksaan neraka , oleh
karena itu hari kebangkitan ini juga di sebut sebagai hari pembelasan.
2.
psikoloogi kematian
Secara
psikologis manusia usia lanjut terbebankan oleh rasa ketidak berdayaan kelemahan fisik ,
keterbatasan gerak , dan menurunya alat pungsi indera , menyebabkan manusia
usia lanjut merasa terolisasi . mulai
adanya kekesongan batin. Di kala itu penghayatan terhadap segala yang terkait dengan nilai nilai spritual mulai jadi perhatian . kegelisahan dan kekosongan bathin seakan jadi terobati oleh keakraban dengan aspek aspek rohania
ini. Hati merasa lebih tentram dengan terobati oleh kedekatan hal hal yang bersipat sakral.dan kekesongan bathin
akan kian terasa bila di hadapkan
pada peristiwa-peristiwa.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Kesehatan mental adalah terhindarnya
seseorang dari keluhan dan gangguan mental baikberupa neurosis maupun psikosis
(penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial) Orang yang sehat mental akan
senantiasa merasa aman dan bahagia dalam kondisi apapun, ia jugaakan melakukan
intropeksi atas segala hal yang dilakukannya sehingga ia akan mampumengontrol
dan mengendalikan dirinya sendiri. Agama tampaknya memang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia. Pengingkaranmanusia
terhadap agama mungkin karena faktor-faktor tertentu baik yang disebabkan oleh
kepribadian maupun lingkungan masing-masing. Fitrah manusia sebagai makhluk
ciptaan Allah SWT ialah manusia diciptakan mempunyai naluri
beragama yaitu agama tauhid. Kalauada
manusia tidak beragama tauhid, maka tidak wajar, mereka tidak beragama tauhid
ituhanya karena pengaruh lingkunganHubungan antara kejiwaan dan agama dalam
kaitannya dengan hubungan antara keyakinandan kesehatan jiwa terletak pada
sikap penyerahan diri seseorang terhadap suatukekuasaan yang maha tinggi
sehingga akan dapat memunculkan perasaan positif padakesehatan mental
seseorang.Dari uraian di atas, yaitu mengenai Agama dan Kesehatan mental dapat
kita tarikkesimpulan:
1. Agama adalah hubungan praktis yang
dirasakan dengan apa yang dia percayai sebagai mahluk
atausebagai wujud yang lebih tinggi dari manusia.Kesehatan
mental adalah terhindarnya seseorang dari gangguan dan penyakit jiwa.
2. Hubungan antara kejiwaan dan agama
dalam kaitannya dengan hubungan antara agamasebagai keyakinan dan kesehatan jiwa,
terletak pada sikap penyerahan diri seseorangterhadap suatu kekuasaan Yang Maha
Tinggi. Sikap pasrah yang seruapa itu diduga akanmemberi sikap optimis pada diri seseorang sehingga muncul
perasaan positif, seperti rasabahagia, rasa
sengang, puas, sukses, merasa dicintai, atau rasa aman. Dengan kata
lain,kondisi yang demikian menjadi manusia pada kondisi kodratinya, sesuai
dengan fitrahkejadiannya, sehat jasmani dan ruhani.
DAFTA PUSTAKA
Jasa Jalaludin. Psikologi Agama. 2007. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada
Soedirjo, Moeljono, dan
Latipun. Kesehatan Mental Konsep dan Terapi. 2005. UMM Press
http://wibsi.blogspot.com
ii
Tidak ada komentar:
Posting Komentar