Rabu, 23 April 2014

MAKALAH PILSAPAT AGAMA

 
DI SUSUN OLEH

NAMA      
:     
ZAINAL ABIDIN
NIM
:
12091206651
PRODI
:
PAI
SEMESTER            
:

LOKAL  
:
C
SEKOLAH TINGGI  AGAMA ISLAM(STAI)AULIAURRASYIDIN TEMBILAHAN.


KATA PENGANTAR

Terlebih dahulu saya mengucapkan Allhamdulillah atas kehadiran Allah SWT, karena tuntun, taufik dan hidayah-Nyalah saya mampu menyelesaikan sebuah makalah ini dengan baik, sebagai tugas mata kuliah psikologi agama  Dalam penulisan makalah ini saya rasa masih ada kekurangan, maka dari itu jika ada terdapat kesalahan atau kekurangan dalam penulian maupun dalam bentuk perbuatan yang tidak sengaja, mohon dimaafkan dan dimaklumi. Karena tak ada manusia yang tak luput dari kesalahan.
          Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung pembuatan makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat membantu dan menjadi penunjang untuk pembuatan makalah beikutnya. Kami juga berharap makalah ini menjadi contoh untuk makalah lainnya.











i

 DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
 DAFTAR ISI ...............................................................................................................ii
  A   Bab 1 pendahuluan
1.      latar belakang....................................................................................1
2.      rumusan masalah...............................................................................2
3.      tujuan makalah..................................................................................2
B    BAB 11 PEMBAHASAN
1.      agama dan kesehatan mental……….........................................3
 2.      manusia dan agama...................................................................4
                               3.      agama dan pengaruhnya terhadap kesehatan mental....................5
 4.      terapi keagama`an.....................................................................6
 5.      musibah.....................................................................................8
  6.      kematian...................................................................................10

C.BAB 111 PENUTUP
1.      kesimpulan.....................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA






BAB I
PENDAHULUAN

Pada zaman dahulu ketika tekhnologi belum dikenal oleh masyarakat umum secara luas setiap penyakit yang diderita oleh manusia sering sekali dikait-kaitkan dengan hal-hal yang berbau spiritual dan alam gaib, setiap penyakit dihubung-hubungkan dengan gangguan makhluk halus, oleh karena itu orang yang sakit lebih memilih berobat kedukun atau orang pintar yang dianggap bisa berkomunikasi langsung dengan makhluk halus ketimbang berobat ke tabib yang mengerti tentang jenis penyakit berdasarkan ilmu perobatan.
Pergeseran zaman dan kemajuan tekhnologi tidak dapat terelakkan lagi, saat ini penyakit sudah dapat dilihat dan diobati dengan obat-obatan yang bagus dengan menggunakan metode pengolahan canggih, perkembangan ilmu pengetahuan dapat lebih menspesifikkan penyakit-penyakit tersebut. Ada penyakit yang bersumber dari virus, bakteri atau baksil-baksil sehingga untuk mengobatinya membutuhkan obat-obatan medis, tetapi ada juga penyakit yang bersumber dari jiwa atau hati suatu individu, jadi secara fisik individu tersebut tidak terkena virus, bakteri atau baksil-baksil, namun pada kenyataannya individu tersebut sakit.
          Penyakit tersebutlah yang dinamakan dengan penyakit hati atau penyakit mental, untuk mengatasi penyakit tersebut diperlukan menejemen hati atau mental yang baik sehingga dapat membentuk kesehatan mental yang berimbas pada kesehatan secara fisik individu tersebut.


1.1  Latar Belakang Masalah

Hubungan manusia dengan agama tampaknya merupakan hubungan yang bersifat kodrati. Agama itu sendiri menyatu dalam fitrah penciptaan manusia. Terwujud dalam bentuk ketundukan, kerinduan ibadah, serta sifat-sifat luhur. Agama pun sudah dinilai sebagai bagian dari kehidupan pribadi manusia yang erat kaitannya dengan gejala-gejala psikologi.
Agama tampaknya memang tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pengingkaran manusia terhadap agama agaknya dikarenakan faktor-faktor tertentu baik yang disebabkan oleh kepribadian maupun lingkungan masing-masing. Namun, untuk menutupi atau meniadakan sama sekali dorongan dan rasa keagamaan tampaknya sulit dilakukan. Manusia ternyata mempunyai unsur batin yang mendorongnya untuk tunduk kepada Dzat yang gaib.
Manusia, dalam hal ini kesehatannya memiliki hubungan dengan keagamaan, terutama berkaitan dengan kesehatan mental. Kesehatan mental (mental hygiene) adalah ilmu yang meliputi sistem tentang prinsip-prinsip, peraturan-peraturan serta prosedur-prosedur untuk mempertinggi kesehatan ruhani. Kecenderungan hubungan agama dan kesehatan mental telah banyak ditelusuri dari zaman kuno yang masih menganggap suatu penyak[t sebagai intervensi makhluk gaib, hingga zaman modern yang menggunakan alat medis dalam mendiagnosa adanya suatu penyakit. Penyakit dan kesehatan secara fisik dapat mempengaruhi gangguan mental dan kesehatan mental. Begitu pula adanya indikasi pengaruh antara agama dan kesehatan mental yang bisa menjadi topik yang menunjang kemampuan manusia dalam menjalani kehidupannya.

1.2  Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, diantaranya:
1.      Apa pengertian agama?
2.      Apa pengertian kesehatan mental?
3.      Apa saja aliran dari kesehatan mental?
4.      Apa saja orientasi dan indikator dari kesehatan mental?
5.      Apa pengertian keabnormalan mental?
6.      Bagaimana pengaruh agama terhadap kesehatan mental?

1.3  Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini, diantaranya:
1.      Mengetahui pengertian agama
2.      Mengetahui pengertian kesehatan mental
3.      Mengetahui beberapa aliran dari kesehatan mental
4.      Mengetahui orientasi dan indikator dari kesehatan mental
5.      Mengetahui keabnormalan mental
6.      Memahami pengaruh agama terhadap kesehatan mental
 


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Agama dan Kesehatan Mental
Pengertian agama menurut J.H. Leuba, agama adalah cara bertingkah laku, sebagai systemkepercayaan atau sebagai emosi yang bercorak khusus. Sedangkan definisi agama menurutThouless adalah hubungan praktis yang dirasakan dengan apa yang dia percayai sebagaimahluk atausebagai wujud yang lebih tinggi dari manusia.
Secara etimologi mental berasal dari bahasa latin yaitu mens atau mentis artinya roh, jiwa, atau nyawa. Dalam bahasa yunani kesehatan terkandung dalam kata hygiene yang berarti ilmu kesehatan. Maka kesehatan mental merupakan bagian dari ilmu jiwa. Ada yang berpendapat bahwa kesehatan mental adalah terhindar dari gangguan dan penyakit kejiwaan.
Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari keluhan dan gangguan mental baikberupa neurosis maupun psikosis (penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial). Kesehatanmental adalah terhindarnya seseorang dari gangguan dan penyakit jiwa. Mental yang sehat tidak akan mudah terganggu oleh Stressor (Penyebab terjadinya stres)orang yang memiliki mental sehat berarti mampu menahan diri dari tekanan-tekanan yangdatang dari dirinya sendiri dan lingkungannya.
Dr. Kartini Kartrono mengatakan bahwa orang yang sehat mentalnya memiliki sifat-sifat khusus, antara lain mempunyai kemampuan untuk bertindak secara efesien, memiliki hidup yang jelas, memiliki konsep hidup yang sehat, dan memiliki batin yang selalu tenang.
Berikiut adalah beberapa definisi kesehatan mental,;
a.     Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gejala jiwa dan gejala penyakit jiwa.
b.   Kesehatan mental adalah adanya kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, orang lain, masyarakat dan lingkungan.
Orang yang sehat mentalnya memiliki hidup yang normal. Tindakan yang mereka lakukan dapat diterima oleh masyarakat. Selain itu dalam karakter hidupnya terdapat kesesuaian dengan norma dan pola hidup masyarakat.


B.  Manusia dan Agama
Psikologi modern tampaknya memberi porsi yang khusus bagi perilaku keagamaan, walaupun pendekatan psikologis yang digunakan terbatas pada pengalaman empiris. Psikologi agama merupakan salah satu bukti adanya perhatian khusus para ahli psikologi terhadap peran agama dalam kehidupan kejiwaan manusia.
Pendapat yang paling ekstrem pun hal itu masih menunjukkan betapa agama sudah dinilai sebagai bagian dari kehidupan pribadi manusia yang erat kaitannya dengan gejala-gejala psikologi. Agama menurut Freud tampak dalam perilaku manusia sebagai simbolisasi dari kebencian terhadap Ayah yang direfleksi dalam bentuk tasa takut kepada Tuhan. Secara psikologis, agama adalah ilusi manusia. Manusia lari kepada agama karena rasa ketidakberdayaannya  menghadapi bencana. Dengan demikian, segala bentuk perilaku keagamaan merupakan ciptaan manusia yang timbul dari dorongan agar dirinya terhindar dari bahaya dan dapat memberikan rasa aman.
Agama tampaknya memang tampak tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pengingkaran manusia terhadap agama agaknya dikarenakan factor-faktor tertentu baik yang disebabkan oleh kepribadian maupun lingkungan masing-masing. Manusia ternyata memiliki unsur batin yang cenderung mendorongnya untuk tunduk kepada Zat yang gaib.
Agama sebagai fitrah manusia telah di sebutkan oleh al-Qur’an dalam qisa surat 30 ayat 30 yang artinya:
maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. (QS 30:30).
Dalam al-Qur’an dan Terjemahnya (Departemen Agama) dijelaskan bahwa fitrah Allah. Maksudnya ciptaan Allah. Manusia dicipatakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka hal itu wajar. Mereka tidak beragama tauhid itu hanya lantaran pengaruh lingkungan.



C.  Agama dan Pengaruhnya terhadap Kesehatan Mental
Kesehatan mental (mental bygiene) adalah ilmu yang meliputi system tentang prinsip-prinsip, peraturan-peraturan serta prosedur-prosedur untuk mempertinggi kesehatan ruhani.Dalam ilmu kedokteran dikenal istilah psikosomatik (kejiwabadanan). Dimaksudkan dengan istilah tersebut adalah untuk menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang erat antara jiwa dan badan. istilah “makan hati berulam jantung” merupakan cerminan tentang adanya hubungan antara jiwa dan badan sebagai hubungan timbal balik, jiwa sehat badan segar dan badan sehat jiwa normal.
Beberapa temuan dibidang kedokteran dijumpai sejumlah kasus yang membuktikan adanyahubungan jiwa (psyche) dan badan (soma). Orang yang merasa takut, langsung kehilangannafsu makan, atau buang-buang air. Atau dalam keadaan kesal dan jengkel, perutseseorang terasa menjadi kembung. Dibidang kedokteran dikenal beberapa macampengobatan antaralain dengan menggunakan bahan-bahan kimia tablet, cairan suntik atauobat minum), electro-therapia (sorot sinar, getaran, arus listrik), chitro practic (pijat), danlainnya. Selain itu juga dikenal pengobatan tradisional seperti tusuk jarum (accupunctuur),mandi uap, hingga ke cara pengobatan perdukunan. Sejak berkembang psikoanalisis yang diperkenalkan oleh Dr. Breuer dan S. Freud, orangmulai mengenal pengobatan dan hipotheria, yaitu pengobatan dengan cara hipnotis. Dankemudian dikenal pula adanya istilah psikoterapi atau autotherapia (penyembuhan dirisendiri) yang dilakukan tanpa menggunakan bantuan obat-obatan biasa. Sesuai denganistilahnya, maka psikoterapi dan autotherapia digunakan untuk menyembuhkan pasien yangmenderita penyakit ganguan ruhani (jiwa). Usaha yang dilakukan untuk mengobati pasienyang menderita penyakit seperti itu, dalam kasus-kasus tertentu biasanya dihubungkandengan aspek keyakinan masing-masing.
Hubungan antara kejiwaan  dan agama dalam kaitannya dengan hubungan antara agama sebagai keyakinan dan kesehatan jiwa, terletak pada sikap penyerahan diri seorang  terhadap suatu kekuasaan Yang Maha Tinggi. Sikap pasrah serupa itu akan memberikan sikap optimis pada seseorang sehingga akan muncul perasaan positip seperti bahagia, rasa senang, puas, merasa sukses, merasa dicintai atau rasa aman.
Agaknya cukup logis kalau setiap ajaran agama mewajibkan penganutnya untuk melaksanakan ajarannya secara rutin. Bentuk dan pelaksanaan ibadah agama, paling tidak akan ikut berpengaruh dalam menanamkan keluruhan budi yang pada puncaknya akan menimbulkan rasa sukses sebagai pengabdi Tuhan yang setia. Tindak ibadah setidak-tidaknya akan memberi rasa bahwa hidup menjadi lebih bermakna. Dan manusia sebagai makhluk yang memiliki kesatuan jasmani dan rohani secara tak terpisahkan memerlukan perlakuan yang dapat memuaskan keduanya.
Selanjutnya, logoterapi menunjukkan tiga bidang kegiatan yang secara potensial memberi peluang kepada seseorang untuk menemukan makna hidup bagi dirinya sendiri. ketiga itu adalah:
1.      Kegiatan berkarya, bekerja, dan mencipta, serta melaksanakan dengan sebaik-baiknya tugas dan kewajiban masing-masing.
2.      Keyakinan dan penghayatan atas nilai-nilai tertentu (kebenaran, keindahan, kebaikan, keimanan,n dan lainnya), dan
3.      Sikap tepat yang diambil dalam keadaan dan penderitaan yang tidak terelakkan.
Dalam menghadapi sikap yang tak terhidarkan lagi pada kondisi yang ketiga, menurut logoterapi, maka ibadah merupakan salah-satu cara yang dapat digunakan untuk membuka pandangan seseorang akan nilai-nilai potensial dan makna hidup yang terdapat dalam diri dan sekitarnya.
C.Terapi Keagamaan
Orang yang tidak merasa tenang, aman serta tenteram dalam hatinya adalah orang yang sakit ruhani atau mentalnya, tulis H. Carl Witherington. Para ahli psikiatri mengakui bahwa setiap manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan dasar tertentu yang diperlakukan untuk melangsungkan proses kehidupan secara lancar. Kebutuhan dapat berupa kebutuhan jasmani dan berupa kebutuhan ruhani maupun kebutuhan social. Bila kebutuhan tidak terpenuhi, maka manusia akan berusaha untuk menyesuaikan diri dengan kenyataan yang dihadapinya. Kemampuan untuk menyesuaikan diri ini akan mengembalikan ke kondisi semula, hingga proses kehidupan berjalan lancar seperti apa adanya. Dalam kondisi seperti itu akan pertentangan (konflik) dalam batin. Pertentangan ini akan menimbulkan ketidakseimbangan dalam kehidupan ruhani, yang dalam kesehatan mental disebut kekusutan ruhani. kekusutan ruhani seperti ini disebut kekusutan fungsional.
      1. Pengertian Terapi
ialah usaha penaggulangan suatu penyakit atau gejalah yang ada dalam diri makhluk hidup.

2. Bentuk-Bentuk Terapi
terapi bermacam bentuk ada yang secara lisan yaitu dengan diberi norma-norma agama, ada pula berbentuk seperti pijat, dan operasi.Penyelesaian dengan memilih penyesuaian diri dengan norma-norma moral yang luhur seperti bekerja dengan jujur, resignasi, sublimasi, kompensasi. dalam konteks ini terlihat hubungan agama sebagai terapi kekusutan mental. Sebab, nilai-nilai luhur termuat dalam ajaran agama bagaimanapun dapat digunakan untuk penyesuaian dan pengendalian diri, hingga terhindar dari konflik batin.
Pendekatan terapi keagamaan ini dapat dirujuk dari informasi al-Qur’an sendiri sebagai kitab suci. Diantara konsep terapi gangguan mental ini adalah pernyataan Allah: dalam surat Yunus.artinya:
Wahai manusia, sesungguhnya sudah datang dari Tuhanmu al-Qur’an yang mengandung pengajaran, penawar bagi penyakit batin (jiwa), tuntunan serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS Yunus: 57).
Kesehatan mental adalah suatu kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan tenang, aman, dan tenteram. Upaya untuk menemukan ketenangan batin dapat dilakukan antara lain melalui penyesuaian diri secara resignasi (penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan). Dalam al-Qur’an petunjuk mengenai penyerahan diri cukup banyak.
G.  Musibah
Musibah merupakan pengalaman yang dirasakan tidak menyenangkan karena dianggap merugikan oleh korban yang terkena musibah. Berdasarkan asal katanya, musibah berarti lemparan yang kamudian digunakan dalam makna bahaya, celaka, atau bencana dan bala. menurut Al-Qurtubi, musibah adalah apa saja yang menyakiti dan menimpa pada diri seorang, atau sesuatu yang berbahaya dan menyusahkan manusia, betapapun kacilnya. Musibah dapat menimbulkan penderitaan maupun kesengsaraan bagi korbannya. Terkadang berlangsung dalam waktu yang panjang, atau bahkan seumur hidup. Oleh karena itu, setiap orang berusaha untuk menghindar diri dari kemungkinan tertimpa musibah.
1. Sebab terjadinya Musibah
Penyebab terjadinya musibah bermacam-macam. ada yang disebabkan oleh perbuatan manusia secara langsung, ataupun penglolaan alam yang keliru, serta yang murni disebabkan oleh alam.

2. Macam-Macam Musibah
Dari pendekatan agama, musibah dapat dibagi menjadi dua macam.
a.    musibah yang terjadi sebagai akibat dari ulah tangan manusia. Karena kesalahan yang dilakukannya, manusia harus menanggung akibat buruk dari perbuatannya sendiri. Musibah ini dikenal sebagai hukum karma, yakni sebagai “pembalasan”.
b.  musibah sebagai ujian dari Tuhan. Musibah ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan perbuatan keliru manusia. Betapapun baik dan bermanfaatnya aktivitas yang dilakukan manusia, serta taatnya mereka menjalankan perintah Tuhan, musibah yang seperti ini bakal mereka alami juga. Oleh karena itu, musibah ini sering dihubung-hubungkan dengan takdir (ketentuan Tuhan).
Erich Fromm, mencoba menganalisis melalui pendekatan psikologi. Menurutnya derita yang dialami korban musibah disebabkan adanya rasa kedekatan. Seseorang yang merasa dekat dengan sesuatu, akan merasa kehilangan bila berpisah dengan sesuatu atau orang yang ia merasa dekat dengannya. rasa kedekatan yang mendalam, berubah menjadi rasa cinta. Kesedihan dan derita yang dirasakan seseorang, sebanding dengan tingkat kecintaannya kepada sesuatu. Semakin tinggi dan mendalam rasa cintanya, maka akan semakin berat derita yang dialami, bila seseorang kahilangan yang ia cintai itu. Sebaliknya, dalam pendekatan keagamaan, kesedihan yang ditimbulkan oleh musibah terkait dengan rasa memiliki.
Menurut pendekatan psikologi agama, sebenarnya derita yang dialami oleh korban musibah terkait dengan tingkat keberagamaan. Bagi mereka yang memiliki keyakinan yang mendalam terhadap nilai-nilai ajaran agama, bagaimanapun akan lebih mudah dan cepat menguasai gejolak batinnya. Agama menjadi pilihan dan rujukan untuk mengatasi konflik yang terjadi pada dirinya. Di kala musibah manimbulkan rasa kehilangan dari apa yang dimilikinya selama ini, hatinya akan dibimbing oleh nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran agamanya. Manusia pada dasarnya memang bukan pemilik mutlak. Apa saja yang ia miliki, termasuk tubuh dan nyawa, hakikatnya adalah kepunyaan Allah. Sebagai pemilik mutlak, Tuhan menganugrahkan kepada manusia nikmat-Nya berupa kehidupan ataupun kekayaan. Statusnya hanya sebagai titipan amanah. Dalam menjalani kehidupannya manusia senantiasa berada dalam sebuah arena ujian yang sarat dengan berbagai cobaan.
Salah satu fungsi agama dalam kehidupan manusia, menurut Elizabeth K. Nottingham, adalah sebagai penyelamat. Dalam kondisi ketidakberdayaan, secara psikologis nilai-nilai ajaran agama dapat membantu meneteramkan goncangan batin. Dengan kembali kepada tuntunan agama, korban berusaha menyadarkan dirinya, bahwa musibah merupakan resiko yang harus dihadapi dalam menjalani kehidupan lebih dari itu ia menjadi sadar bahwa ia bukan pemilik mutlak dari segala yang menjadi miliknya. Keluarga, kerabat, bahkan dirinya adalah milik sang pencipta. Semua miliknya hanyalah titipan yang sewaktu-waktu akan diambil oleh sang pemilik mutlak.
Dalam menghadapi musibah, orang-orang memiliki keyakinan agama terlihat lebih tabah. Mereka lebih mudah menetralisasi kegoncangan dan konflik yang terjadi dalam batinnya. Keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan dijadikan sebagai pilihan tempat berlindung atau penyalur derita yang dirasakan. dalam keadaan yang demikian, Tuhan dianggap sebagai satu-satunya “penolong” atau “juru selamat” yang mampu meredam penderitaan yang mereka alami.
Sebaliknya orang-orang yang memiliki tingkat keyakinan agama yang kurang, ataupun tidak memiliki keyakinan agama sama sekali, terkesan sulit menetralisasi kegoncangan jiwanya. Sulit menemukan jalan keluar, mudah gelap mata, dan akhirnya mengambil jalan pintas. Tak jarang korban yang merasa begitu terhempit oleh derita itu mangakhiri hidupnya dengan bunuh  diri. Kemampuan menahan derita dalam menghadapi masalah musibah, tampaknya tidak ada hubungan dengan latar belakang pendidikan.

E. kematian
Kematian adalah sebuah keniscaya`an. Tidak perlu di minta. Diaakan datang sendiri . tidak perlu mrndaftar atau mencalonkan diri. Data setiap mahluk hidup sudah tercatat . nama, tempat dan tanggal lahir ,jenis kelamin, bangsa, agama maupun latar belakang, aktifitas selama hidup . termasuk hal-hal yang kecil maupun niat maasih yang tersembunyi dalam hati . semua sudah terdata dan lengkap. Lebih akurat dari pada  badan pusat statistik.

1. kematian dalam agama
Setiapagama mengajarkan tentang adanya hari kebangkitan. Alam baru dalam kehidupan lain yang akan di  alami manusia mati. Di percayai bahwa pada saat itu  manusia akan di  hidupkan kembali  guna diminta pertanggung jawabanya. Perbuatan baik akan memperoleh  ganjaran kenikmatan hidup  surgawi. Sebaliknya, perbuatan buruk akan di ganjar dengan hukuman  berupa siksaan  neraka , oleh karena itu hari kebangkitan ini juga di sebut sebagai hari pembelasan.
2. psikoloogi kematian
Secara psikologis manusia usia lanjut terbebankan oleh rasa  ketidak berdayaan kelemahan fisik , keterbatasan gerak , dan menurunya alat pungsi indera , menyebabkan manusia usia lanjut  merasa terolisasi . mulai adanya kekesongan batin. Di kala itu penghayatan  terhadap segala yang terkait  dengan nilai nilai spritual  mulai jadi perhatian . kegelisahan  dan kekosongan bathin seakan  jadi terobati oleh  keakraban dengan aspek aspek rohania ini.  Hati merasa lebih  tentram dengan terobati  oleh kedekatan hal hal  yang bersipat sakral.dan kekesongan bathin akan kian terasa  bila di hadapkan pada  peristiwa-peristiwa.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari keluhan dan gangguan mental baikberupa neurosis maupun psikosis (penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial) Orang yang sehat mental akan senantiasa merasa aman dan bahagia dalam kondisi apapun, ia jugaakan melakukan intropeksi atas segala hal yang dilakukannya sehingga ia akan mampumengontrol dan mengendalikan dirinya sendiri. Agama tampaknya memang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pengingkaranmanusia terhadap agama mungkin karena faktor-faktor tertentu baik yang disebabkan oleh kepribadian maupun lingkungan masing-masing. Fitrah manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT ialah manusia diciptakan mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Kalauada manusia tidak beragama tauhid, maka tidak wajar, mereka tidak beragama tauhid ituhanya karena pengaruh lingkunganHubungan antara kejiwaan dan agama dalam kaitannya dengan hubungan antara keyakinandan kesehatan jiwa terletak pada sikap penyerahan diri seseorang terhadap suatukekuasaan yang maha tinggi sehingga akan dapat memunculkan perasaan positif padakesehatan mental seseorang.Dari uraian di atas, yaitu mengenai Agama dan Kesehatan mental dapat kita tarikkesimpulan:
1. Agama adalah hubungan praktis yang dirasakan dengan apa yang dia percayai sebagai mahluk atausebagai wujud yang lebih tinggi dari manusia.Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gangguan dan penyakit jiwa.
2. Hubungan antara kejiwaan dan agama dalam kaitannya dengan hubungan antara agamasebagai keyakinan dan kesehatan jiwa, terletak pada sikap penyerahan diri seseorangterhadap suatu kekuasaan Yang Maha Tinggi. Sikap pasrah yang seruapa itu diduga akanmemberi sikap optimis pada diri seseorang sehingga muncul perasaan positif, seperti rasabahagia, rasa sengang, puas, sukses, merasa dicintai, atau rasa aman. Dengan kata lain,kondisi yang demikian menjadi manusia pada kondisi kodratinya, sesuai dengan fitrahkejadiannya, sehat jasmani dan ruhani.

DAFTA PUSTAKA

Jasa Jalaludin. Psikologi Agama. 2007. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Soedirjo, Moeljono, dan Latipun. Kesehatan Mental Konsep dan Terapi. 2005. UMM Press
http://wibsi.blogspot.com



 






ii

Tidak ada komentar:

Posting Komentar